Monday, June 14, 2010 | 7:22 PM | 0 Comments
Tongkrongan ala Wong Klaten
Warung disukai karena suasananya yang nyaman, harga makanan dan minuman terjangkau, dan ragam kudapannya banyak. Ada banyak jenis warung di negeri ini, tergantung dari jenis makanan dan cara penyajiannya. Warung hik atau angkringan yang sangat dikenal di Jawa Tengah, kini bisa ditemui juga di Kota Surabaya.
warung hik atau angkringan ini membuat suasana malam hari di Jawa Tengah dan Jogjakarta lebih hidup. Bukan terkait urusan dunia gemerlapnya, tetapi bagaimana masyarakat di daerah tersebut menjalin keakraban di warung-warung yang biasa berada di pinggir jalan itu.
Semua warung ini mulai buka ketika hari menjelang malam. Penerangan lampunya juga temaram, membuat warung hik jadi tidak terlalu mencolok di mata pengguna jalan. Namun, sangat nyaman untuk ngobrol sembari menikmati hidangan hangat, entah duduk di bangku kayu atau lesehan beralaskan tikar.
Suasana ini yang tengah dikenalkan Nety Retnoningsih, 27. Gadis ini memutuskan untuk mencoba mengelola angkringan karena belum ada konsep serupa di Surabaya. Sejak 1 Agustus 2009, Nety memulai usaha angkringan di kawasan Nginden. Kemudian pindah ke Jl Jemur Andayani. Hingga pada 7 Mei hingga sekarang, pindah ke lahan depan apartemen Metropolis, Jl Raya Tenggilis.
Angkringan Mercon Jogja, begitu nama warung hik, menawarkan jenis makanan dan minuman yang sama seperti warung hik di Jogjakarta dan Solo. Nasi dibungkus kecil dengan ragam lauk disebut sego kucing. Karena ukurannya yang kecil maka nasi bungkus ini diberi nama sego kucing, cukup empat suap, hap, nasi langsung habis.
“Isinya macam-macam, ada lauk sambal teri, oseng tahu tempe, sambel tongkol, dan bihun,” ujar Nety. Biar tidak salah ambil, setiap lauk diberi penanda. Nasi lauk sambal teri diberi karet dua, oseng tahu tempe karet satu, sambal tongkol ada lapisan daun, nasi bihun tidak ada daun dengan karet satu dililitkan dua kali.
Meski nasinya sedikit, tetapi rasa bumbu dan sambalnya benar-benar pedas menyengat, terutama sambal teri. “Rasa pedas ini yang mengilhami nama angkringan, Mercon Jogja,” ungkap Nety sambil tertawa.
Untuk urusan masak, Nety menyerahkan kepada si juru masak, Diah Sriwahyuni. Modifikasi rasa dilakukan supaya lebih menarik pembeli. Pertama, jenis makanan hanya berupa baceman dengan rasa manisnya, misalnya, tempe bacem, tahu bacem, dan telur puyuh bacem.
“Tetapi, saat ini disesuaikan dengan selera orang Surabaya yang suka makanan pedas, jadi bumbu bacem diberi cabai sedikit,” kata Nety yang juga berprofesi sebagai karyawati Nutrifood ini.
Bau Arang Sedapkan Rasa
Semua makanan yaitu sego kucing, sate telur puyuh, sate ampela hati, sate usus, tahu dan tempe bacem, tempe mendoan, ote-ote, ceker ayam, kepala ayam, dan sayap ayam diletakkan di gerobak jati yang dipesan langsung dari Klaten. Pada salah satu sisi gerobak disediakan angklo untuk menghangatkan air dan membakar makanan.
Oh ya, ada yang khas dengan warung hik. Semua makanan kecuali sego kucing, sebelum dinikmati harus dibakar dulu di atas arang panas. Tidak sampai menghitam, hanya untuk menambah aroma rasa saja. Jadi, makanan akan selalu hangat ketika disantap.
Makanan hangat ini lebih pas ketika ditemani minuman yang juga menghangatkan tubuh. Seperti teh hangat, jeruk hangat, kopi susu, wedang jahe, susu jahe, dan kopi jos. Bagi pembeli yang merasa gerah dengan cuaca Surabaya, bisa memilih es teh, es jeruk, dan es susu.
Kopi jos ini juga berbeda dengan kopi lainnya karena setelah dibuat, sebuah pecahan arang panas dimasukkan ke dalamnya. Nama jos diambil karena suara yang ditimbulkan ketika arang panas menyentuh cairan ‘josss’.
Sama halnya dengan rasa teh seduhnya. Wangi, segar, dan agak sepert di lidah. Mungkin karena proporsi kekentalan tehnya. “Seluruh makanan dan minuman dijual dengan harga berkisar Rp 1.000 - Rp 2.500,” kata Nety.
Perempuan asal Ngawi ini dulu sering ke Jogjakarta. Maka dia mengerti apa saja yang seharusnya ada di angkringan ala Jawa Tengah-an ini. Usaha angkringan dimulai dengan modal awal Rp 6 juta - Rp 7 juta dan kembali setelah tiga hingga empat bulan berjualan.
Angkringan Mercon Jogya
Tongkrongan ala Wong Klaten
Warung disukai karena suasananya yang nyaman, harga makanan dan minuman terjangkau, dan ragam kudapannya banyak. Ada banyak jenis warung di negeri ini, tergantung dari jenis makanan dan cara penyajiannya. Warung hik atau angkringan yang sangat dikenal di Jawa Tengah, kini bisa ditemui juga di Kota Surabaya.
warung hik atau angkringan ini membuat suasana malam hari di Jawa Tengah dan Jogjakarta lebih hidup. Bukan terkait urusan dunia gemerlapnya, tetapi bagaimana masyarakat di daerah tersebut menjalin keakraban di warung-warung yang biasa berada di pinggir jalan itu.
Semua warung ini mulai buka ketika hari menjelang malam. Penerangan lampunya juga temaram, membuat warung hik jadi tidak terlalu mencolok di mata pengguna jalan. Namun, sangat nyaman untuk ngobrol sembari menikmati hidangan hangat, entah duduk di bangku kayu atau lesehan beralaskan tikar.
Suasana ini yang tengah dikenalkan Nety Retnoningsih, 27. Gadis ini memutuskan untuk mencoba mengelola angkringan karena belum ada konsep serupa di Surabaya. Sejak 1 Agustus 2009, Nety memulai usaha angkringan di kawasan Nginden. Kemudian pindah ke Jl Jemur Andayani. Hingga pada 7 Mei hingga sekarang, pindah ke lahan depan apartemen Metropolis, Jl Raya Tenggilis.
Angkringan Mercon Jogja, begitu nama warung hik, menawarkan jenis makanan dan minuman yang sama seperti warung hik di Jogjakarta dan Solo. Nasi dibungkus kecil dengan ragam lauk disebut sego kucing. Karena ukurannya yang kecil maka nasi bungkus ini diberi nama sego kucing, cukup empat suap, hap, nasi langsung habis.
“Isinya macam-macam, ada lauk sambal teri, oseng tahu tempe, sambel tongkol, dan bihun,” ujar Nety. Biar tidak salah ambil, setiap lauk diberi penanda. Nasi lauk sambal teri diberi karet dua, oseng tahu tempe karet satu, sambal tongkol ada lapisan daun, nasi bihun tidak ada daun dengan karet satu dililitkan dua kali.
Meski nasinya sedikit, tetapi rasa bumbu dan sambalnya benar-benar pedas menyengat, terutama sambal teri. “Rasa pedas ini yang mengilhami nama angkringan, Mercon Jogja,” ungkap Nety sambil tertawa.
Untuk urusan masak, Nety menyerahkan kepada si juru masak, Diah Sriwahyuni. Modifikasi rasa dilakukan supaya lebih menarik pembeli. Pertama, jenis makanan hanya berupa baceman dengan rasa manisnya, misalnya, tempe bacem, tahu bacem, dan telur puyuh bacem.
“Tetapi, saat ini disesuaikan dengan selera orang Surabaya yang suka makanan pedas, jadi bumbu bacem diberi cabai sedikit,” kata Nety yang juga berprofesi sebagai karyawati Nutrifood ini.
Bau Arang Sedapkan Rasa
Semua makanan yaitu sego kucing, sate telur puyuh, sate ampela hati, sate usus, tahu dan tempe bacem, tempe mendoan, ote-ote, ceker ayam, kepala ayam, dan sayap ayam diletakkan di gerobak jati yang dipesan langsung dari Klaten. Pada salah satu sisi gerobak disediakan angklo untuk menghangatkan air dan membakar makanan.
Oh ya, ada yang khas dengan warung hik. Semua makanan kecuali sego kucing, sebelum dinikmati harus dibakar dulu di atas arang panas. Tidak sampai menghitam, hanya untuk menambah aroma rasa saja. Jadi, makanan akan selalu hangat ketika disantap.
Makanan hangat ini lebih pas ketika ditemani minuman yang juga menghangatkan tubuh. Seperti teh hangat, jeruk hangat, kopi susu, wedang jahe, susu jahe, dan kopi jos. Bagi pembeli yang merasa gerah dengan cuaca Surabaya, bisa memilih es teh, es jeruk, dan es susu.
Kopi jos ini juga berbeda dengan kopi lainnya karena setelah dibuat, sebuah pecahan arang panas dimasukkan ke dalamnya. Nama jos diambil karena suara yang ditimbulkan ketika arang panas menyentuh cairan ‘josss’.
Sama halnya dengan rasa teh seduhnya. Wangi, segar, dan agak sepert di lidah. Mungkin karena proporsi kekentalan tehnya. “Seluruh makanan dan minuman dijual dengan harga berkisar Rp 1.000 - Rp 2.500,” kata Nety.
Perempuan asal Ngawi ini dulu sering ke Jogjakarta. Maka dia mengerti apa saja yang seharusnya ada di angkringan ala Jawa Tengah-an ini. Usaha angkringan dimulai dengan modal awal Rp 6 juta - Rp 7 juta dan kembali setelah tiga hingga empat bulan berjualan.
0 comments:
Post a Comment