Tingkat X Tingkat XI Tingkat XII
Tip dan Trik Software Tutorial KKPI
Jawa Pos Kompas Surya Wanita Opini Tausyiah
Khas Nganjuk Kuliner Nusantara Wisata Nusantara
SMKN 1 Nganjuk SMK PGRI 1 Kediri SMK PGRI 1 Nganjuk SMK Muh. 1 Nganjuk SMAN 1 Nganjuk SMAN 2 Nganjuk SMAN 1 Kediri
Monday, June 14, 2010 | 7:28 PM | 0 Comments

Tampilan Beda Camilan Lokal


Pastei Londo dan Frikadel VOC

Sugeng rawuh poro tamu. Demikian tulisan yang saya baca di sebuah stan Waroeng Ba-be. Stan ini berada di antara ratusan stan lain di ajang Malang Kembali Festival Tempo Doeloe. Di bagian depan, saya membaca menu Pastei Londo dan Frikadel VOC. Seperti apakah menu ini?

Di hari terakhir penyelenggaraan tradisi tahunan Kota Malang, Minggu (23/5) ini, stan Ba-be yang terletak di sisi ujung utara Jl Ijen ini termasuk yang ramai dimasuki pengunjung. Selain tempatnya tertata apik dan nyaman, banyak barang unik yang dipajang dan serba kuno. Sebut saja sepeda onthel, mesin ketik, gramofon, aneka foto, pernik-pernik interior, termasuk perabot.

“Suasana tidak saja mengacu pada Malang Tempo Doeloe, tapi memilik Ria Jenaka juga memang pecinta barang-barang antik,” jelas tuan rumah warung, M Sifak Ardiayansyah.

Di antara sederet menu, Sifak menyodori dua menu favorit, yakni Pastei Londo dan Frikadel VOC. Menu in terdengar ‘berbau’ berbau Londo. Tapi setelah dijelaskan, agaknya saya sedikit tertipu.

Nama menu itu ternyata hasil modifikasi dari menu yang telah ada. Jika Pastei Londo mengacu pada samosa, yakni martabak khas Timur Tengah tapi sudah lama beradaptasi dengan lidah lokal, sedangkan frikadel VOC tak ubahnya berkedel atau kroket.

Ah, bagaimana pun sebuah kreativitas harus tetap dihargai. Rasa Pastei Londo lebih lembut atau tidak menyengat sebagaimana Samosa. Sebagaimana Samosa, Pastei Londo menggunakan kulit lumpia untuk menutup isinya.

Aroma kunyit yang menjadi ciri khas tetap dipertahankan, sedangkan isinya terdiri dari kentang, daging cincang, dan ayam. Ini berbeda dengan samosa yang biasanya diisi dengan daging kambing. Atau ada pula yang memodifikasinya dengan jamur kancing.

Yang khas dari Pastei Londo ataupun samosa, adalah bentuknya yang segitiga, yakni hasil lipatan menyudut kulit lumpia. Sementara soal bahan dasar, Pastei Londo tetap senada dengan samosa, seperti menggunakan kunyit, ketumbar, daun bawang, jahe, kemiri, dan bumbu kari. Hal inilah yang membuat rasanya tetap gurih.

“Agar aroma bumbunya keluar, Pastei Londo harus digoreng garing dengan api sedang. Minyak dari bumbu karinya juga akan keluar sehingga menambah cita rasa. Ketika digigit terasa krispinya ,” kiat Sifak.

Sementara Frikadel VOC jenis makanan yang ‘ringan-ringan berat’. Maksudnya, berupa camilan tapi mengenyangkan karena full terisi kentang.

Apa bedanya dengan kroket? “Bumbunya diresapkan pada kentang. Jadi tidak ada isi, seperti umumnya kroket yang berisi irisan wortel dan ayam. Menggorengnya juga tanpa dioles telur, tapi sedikit ditaburi tepung panir (roti) ,” tukas Sifak.

Frikadel VOC terasa gurih di lidah. Karena mengacu pada nama frikadel (Bahasa Belanda, berarti berkedel) bentuknya tidak seperti perkedel umumnya yang bulat pipih. Sebagaimana frikadel yang ada di Belanda, bentuknya silinder.

“Selain kentang, biasanya kami isi dengan daging. Khusus dalam acara Malang Kembali, kami menghadirkan rasa yang sedikit minimalis. Harganya pun murah meriah, cukup Rp 1.000 per buah,” jelas Sifak.

Sebenarnya, tidak hanya Pastei Londo dan Frikadel VOC yang ‘diturunkan’ dari resep yang ada. Waroeng Ba-be adalah milik juragan Sifak, bernama Vicky Nugrahawan Affandi. Selain membuka stan di gelaran Malang Kembali, warung ini lebih dulu dibuka di daerah Batu.

DITEMANI 'MOBIL' - Pengunjung tengah bersantai menikmati makanan di stan Waroeng Ba-be dalam acara Malang Kembali Festival Tempo Doeloe, menu Pastei Londo menjadi menu favorit pengunjung. Gelaran Malang Kembali berakhir hari ini, Minggu (23/5).

Jelas Sifak, Ba-be tak hanya berinovasi dengan makanan, tapi termasuk minuman. Sebut saja minuman Sekar Jagat, Wedang Nogo Sosro, Lintang trenggono, atau Sido Luhur.

“Sebelum dijual, resep itu kami tes dulu, termasuk mencari penamaan yang tepat. Yang jelas mengacu tempo dulu dan dunia wayang,” imbuhnya.

Selain dihadirkan di Waroeng Ba-be, menu-menu unik ini juga ada di Kafe Ria Djenaka yang terletak di Jalan Bandung. Yakni kafe Jadul tapi dikonsep untuk kalangan anak muda.

“Biar anak muda tetap gaul, tapi tetap tahu dengan tradisi dan budaya kita,” tegas Sifak soal konsep kafe ini.

surya.co.id

0 comments:

Post a Comment

 
Copyright Blog Pribadi-Ku © 2010 - All right reserved - Using Blueceria Blogspot Theme
Best viewed with Mozilla, IE, Google Chrome and Opera.