Tingkat X Tingkat XI Tingkat XII
Tip dan Trik Software Tutorial KKPI
Jawa Pos Kompas Surya Wanita Opini Tausyiah
Khas Nganjuk Kuliner Nusantara Wisata Nusantara
SMKN 1 Nganjuk SMK PGRI 1 Kediri SMK PGRI 1 Nganjuk SMK Muh. 1 Nganjuk SMAN 1 Nganjuk SMAN 2 Nganjuk SMAN 1 Kediri
Tuesday, June 15, 2010 | 6:12 PM | 0 Comments

“Saya Persis Seperti Ibu!


Mungkin Anda masih ingat, betapa seringnya dulu, ketika kanak-kanak dan remaja, Anda kesal bahkan memusuhi ibu. Sepertinya, ibu terlalu protektif, cerewet, dan tidak bisa memahami kita. Namun, belakangan, tahu-tahu Anda menyadari, kok, banyak sifatnya yang justru menurun pada Anda. Anda tidak kalah cerewet dan protektifnya pada si kecil, atau sama-sama keras kepala saat menghadapi persoalan pelik. Persis seperti ibu!

Setiap ibu memiliki hubungan dan keterikatan emosi yang unik dengan anak-anaknya. Seperti kata psikolog Dra. Ade Kosala, M.Psi. Keterlibatan emosi dalam hubungan ibu dan anak perempuannya memang lebih tinggi, ungkap Ade.

Nancy Friday, feminis dan penulis buku-buku psikologi populer dari Amerika, dalam bukunya bertajuk My Mother/My Self: The Daughter’s Search for Identity, mengungkapkan, banyak wanita mengatakan mencintai dan membesarkan anak laki-laki dan anak perempuannya dengan kadar dan cara yang sama. Padahal, tidak sepenuhnya benar, karena menurutnya, ketika memeluk anaknya, laki-laki atau perempuan, seorang wanita akan merasakan banyak emosi. Jika anak itu berjenis kelamin sama dengannya, dia seperti melihat dirinya sendiri.

ANTARA BENCI & CINTA
Tak semua wanita pernah memusuhi ibunya. Malah, ada yang sangat mengidolakan ibu. Tapi, anak perempuan, setidaknya pernah sekali mengalami masa-masa pemberontakan dan berseteru dengan ibu.

Tapi, benarkah ibu bisa membenci anak perempuannya? Menurut Ade, memang, bukan tak mungkin ada seorang ibu yang membenci anaknya.

Sementara, menurut Nancy, rasa cinta dan suka seorang ibu kepada anaknya bisa tak sejalan. Maksudnya, mungkin ibu mencintai anaknya, tetapi bisa saja dia tidak menyukainya. Namun, berdasarkan riset yang dilakukan Nancy, walaupun membenci anaknya, ibu tak akan mudah mengungkapkannya dengan kata-kata.

Di luar kondisi-kondisi abnormal, salah satu akar ketidakcocokan antara ibu dan anak perempuannya sebenarnya sederhana saja: beda karakter. “Setiap manusia membawa sifatnya masing-masing", kata Ade.

ANAK & IBU SAMA SAJA
Selain sifat alami yang dibawa sejak lahir, sifat yang diturunkan orang tua, pengaruh lingkungan, dan pola asuh ikut membentuk sifat dan perilaku seseorang.

Pengaruh pola asuh terhadap sikap dan perilaku juga disinggung Nancy. Dia mengungkapkan, apa yang kita dapatkan dari ibu di masa kecil, memengaruhi hubungan kita dengan pria, seksualitas kita, perasaan sebagai ibu, hingga kemampuan kita bersaing di dunia pria (dan memenangkannya).

Bagaimana ini bisa terjadi? Pola asuh yang diterapkan ibu biasanya tak lepas dari tuntutan tanggung jawab dan norma-norma yang dianutnya. Misalnya, anak perempuan dianggap lebih rapuh sehingga harus mendapat perlindungan ekstra agar tidak mudah terluka.

Anak-anak yang terlalu dilindungi dan tidak terbiasa mendapat tantangan, menurut Ade, pada akhirnya memang tidak memiliki jiwa kompetisi yang kuat. Dan, ini bisa berlanjut hingga dewasa. Karena itulah, kalau dalam dunia kerja, misalnya, Anda mudah menyerah dan mengalah dalam persaingan, bisa jadi, ketika kanak-kanak Anda terlalu dilindungi atau jarang mendapat tantangan.

Bagaimanapun, ibu seperti cermin bagi kita. Memahami hubungan kita dengan ibu adalah awal kita memahami diri sendiri.

femina-online

0 comments:

Post a Comment

 
Copyright Blog Pribadi-Ku © 2010 - All right reserved - Using Blueceria Blogspot Theme
Best viewed with Mozilla, IE, Google Chrome and Opera.